Arief Wibisono
Malam ini, mereka berkumpul di salah seorang yang bisa disebut senior di antara mereka. Beliau juga dapat dibilang selalu di depan untuk mencerdaskan anak-anak Rapah Ombo.
Di masa masih berkabung setelah suaminya meninggal, beliau masih menyempatkan waktu dan mempersilakan rumahnya bagi tempat ngobrol, tentang penyusunan program TBM Selo Lanang. Sambil meminta maaf dalam membuka acara, pun meminta doa untuk suaminya agar diterima di sisi-Nya.
Obrolan berlangsung santai, tanpa ada siapa yang paling pandai. Semua saling mengeluarkan kegelisahannya yang selama ini mengganggu pikiran mereka. Mbak Yul sebagai tuan rumah, melontarkan gagasan program membaca dan menulis bagi orang tua, dikarena masih banyak orang-orang tua yang belum bisa baca-tulis.
Muncul sebuah pertanyaan, bagaimana menarik orang tua mau belajar membaca-menulis? Gagasan setrategi pun disampaikan Bu Imam, dengan mengajak sekalian belajar banjari. Karena orang tua lebih suka diajak bermain banjari. Banjari semacam rewards, bagi yang pingin belajar membaca dan menulis.
Waktu mulai ditentukan. Mengingat aktifitas orang tua bisa dibilang padat, jadwal proses belajar-mengajar untuk mereka ditentukan hari sabtu malam, dengan beberapa materi seperti baca dan tulis, bersholawat, dan membaca diba'.
Mbak Yul kembali mengeluarkan gagasan tentang life skill, yang dulu pernah dilakukan seperti membuat kripik pisang. Sebab jumlah tanaman pisang yang banyak tumbuh di Rapah Ombo bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Bu Isnatun selaku Ketua juga menyampaikan rencana membuat tempe, yang dikemas dari daun jati, mengingat kampung ini dikelilingi tanaman pepohonan jati. Begitu juga Cak Jumain selaku Ketua Baitul Maal, mensuport dengan memberikan modal usaha untuk pembuatan kripik pisang, tempe.
Dan obrolan semakin hangat, sehangat gimbal tempe yang disajikan tuan rumah yang dibumbui kemesraan bersinergi, demi perubahan pada lingkungan Rapah Ombo.
Jombang, 140720.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar