Kamis, 30 Juli 2020

Erwin dan Tempe Tambakberas

 

Arief Wibisono

Malam ini tidak seperti malam-malam lalu. Biasanya, kami hanya mereview kegiatan sebelumnya, guna mencari strategi baru untuk belajar bersama, baik bagi anak-anak dan orang tua. Namun pada malam ini, ada pemuda dusun yang selama ini mondok di Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, akan berbagi ilmu kepada pengurus TBM Selo Lanang. Dia mengajarkan aktifitas selama ini digelutinya di pondok, di Pesantren Tambakberas, dia memproduksi tempe.

Pemuda kurus, tinggi, mulai menceritakan langkah-langkah membuat tempe. Dengan gayanya yang serius tetapi santai, tidak jarang membuat orang-orang tertawa saat mendengarkan dirinya menjelaskan. Dan akhirnya, sang mentor pun menutup ceritanya mengenai pembuatan tempe.

Mbak Yul pun bertanya kepada sang mentor yang punya nama asli Erwin. “Mas, saya pernah dengar, kalau membuat tempe itu butuh diselimuti. Maksutnya bagaimana?” Erwin pun dengan gaya banyolan menjawab, “Kalau dirasa hawa sekitar dingin, butuh diselimuti. Biar tidak masuk angin. Jika tempe terlalu panas dipercikani air, biar panasnya turun. Bukannya dikasih obat demam.”

Kemesraan dalam jagongan pun semakin mesra, ditemani hidangan buah sawo, tahu goreng, dan wedang kopi. Bu Imam, selaku tiang penyemangat di TBM Selo Lanang turut bertanya “Berapa lama proses memasak kedelai?” Lagi-lagi dengan gaya dagelnya “Kira-kira empuk saja. Semua tergantung selera. Ada tempe yang kedelainya dimakan masih agak keras. Ada yang empuk, dan kalau di pondok, aku buat yang empuk.”

“Sudah malam, Kira-kira besuk dimulai jam berapa?” Tanya Erwin pada beberapa pengurus TBM. Mbak Hernik pun menawarkan, sehabis mencari pakan kambing, sekitar jam sembilan atau sepuluh. Jam sembilan disepakati, dan tempat disepakati di rumahnya Erwin selalu mentor.

21 Juli 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar